Usaha pertama yang gue lakukan adalah ikut program PSSB Undip dengan nilai rapot yang bisa dibilang lumayan. Dengan penuh pengharapan, gue submit berkas-berkas yang diminta oleh pihak Undip. Waktu itu gue memilih program studi pendidikan dokter, karena memang cita-cita gue adalah menjadi seorang dokter. Tapi sekitar satu bulan kemudian, nama gue tidak tercantum sebagai calon mahasiswa baru. Hanya satu orang yang berhasil, dia teman gue sejak kelas satu SMA, Azizah Febrianti Fasha.
Kemudian, masih dengan penuh semangat '45 gue daftar ujian tulis Unbraw. Perjuangan cukup berat di situ, sebab lokasi ujiannya di Bekasi dan gue harus bolak-balik ke sana untuk verifikasi. Beruntunglah SMAN 1 Bekasi, lokasi ujian yang gue maksud, tidak jauh dari rumah kakak perempuan gue. Jadi saya bisa menginap di sana semalam sebelum ujian. Setiap pulang sekolah gue sempatkan diri konsultasi di Nurul Fikri sampai maghrib. Gak heran pada saat mengerjakan soal ujian hanya ada sedikit hambatan.
Ikhtiar berikutnya adalah ujian tulis UGM, perguruan tinggi yang benar-benar gue idamkan. Hari ujian hanya berselang dua hari dari Ujian Nasional, sehingga gue hanya punya sedikit sekali persiapan. Dengan persiapan seadanya, bahkan hampir tidak ada, datanglah gue ke lokasi ujian : SMA Diponegoro I Rawamangun. Lancar? tidak terlalu, tetapi lumayan lah untuk persiapan yang pas-pasan.
Masih lekat dalam memori saya, hari itu bertepatan dengan tanggal 16 April. Gue masih ada jam les di NF ketika tahu pengumuman UGM dipercepat. Sekalipun duduk di bangku terdepan, gue gak bisa mencerna apa yang diterangkan oleh si kakak pengajar. Ketika bel pulang berbunyi, secepat kilat gue langsung pulang dan melihat pengumuman lewat sms. Sms ternyata tak kunjung berbalas, hati semakin gak tenang. Gue langsung menyalakan komputer dan mengakses web UGM. Belum sempat web UGM terbuka, Mama berteriak dari kamar bawah, "Ya'... Kamu gak lolos." Enyoooooos.... rasanya pengen banget bunuh diri. Entah minum baygon entah langsung loncat aja dari jendela. Pada saat itu gue juga sedang online facebook, chat box langsung berderit-derit, semua menanyakan hal yang sama : "Taye, lolos utul gak?" tentu aja gue gak bisa berkutik sedikitpun, bahkan yang ada hati jadi semakin sakit pas tiba-tiba orang-orang berbondong-bondong ganti status. Ada yang nanyain siapa aja yang lolos lah, ada yang dengan muka super seneng bilang "Alhamdulillah, gue lolos (nama jurusan disensor) UGM", ada yang ngomen status ngebangga-banggain temennya yang lolos. Dan it's really make me down and sad. Sampai-sampai gue bikin status yang super murtad dan gak bisa berhenti nangis sampai pagi, astaghfirullah.
Beruntunglah esok harinya adalah pengumuman Unibraw, yang ternyata menyatakan bahwa gue gak lolos (lagi). Kalau ini masih agak lega dengernya, soalnya UP-nya aja samapi di atas seratus juta, what the hell. Siang itu gue memutuskan untuk dateng ke kelompok liqo temen gue, kebetulan lagi kakak liqo-nya adalah orang yang sempat bernasib sama dengan gue. Dan beruntungnya lagi dapat traktiran bakwan Malang (mumpung banget). Setelah sharing dan cerita macem-macem, hati ini sedikit lega dan ada sedikit harapan untuk UM Undip dan SIMAK UI.
Lain cerita ketika persiapan UM Undip, yang ini lebih lagi. Lokasi verifikasi pendaftarannya di Labschool Kebayoran yang jelas jauh banget dari Kelapa Gading, dan parahnya hari itu gue lagi puasa sunnah -,-
Gak hanya itu, gue juga sampai beli buku kumpulan soal yang harganya mahal banget dan ternyata pas gue lihat isinya adalah soal SNMPTN tahun 2007, sialan. Tanpa ada sedikit pun prasangka buruk pada si abang penjual soal, gue kerjakan soal-soal itu dengan baik. Ketika hari H ujian, dengan penuh semangat gue berangkat ke istora senayan. And you know what? Ujiannya tidak pakai meja. Jadi, kepala harus super nunduk untuk membulatkan LJK. Soalnya pun ternyata jauh sekali dari buku soal yang udah gue beli itu, susah and i was so desperate. Supaya gak membuat Mama dan Bapak kecewa, i did a lil bit white lie dan bilang bahwa gue bisa mengerjakan soalnya walau sedikit susah.
Seminggu kemudian gue di sms Atikah, katanya besok UM Undip I diumumkan. Oh my... Pasrah saja lah, toh gue tau kok kapasitas gue saat ngerjain tes sialan itu. Nyatanya memang benar, lagi-lagi tidak lolos lagi. Belum rejeki mungkin, tapi kecewa tetap ada. Tapi tenang saja, SIMAK UI masih ada.
Parahnya, soal SIMAK ternyata jauh lebih sulit dari yang biasa dikasih di Try Out NF. Tidak heran gue mengerjakan dengan hati sangat pasrah. Begitu pun saat menyambut pengumuman, gue hanya nyengir kuda pas masuk kelas superintensif NF, "Gak usah dilihat gue juga udah tau apa yang UI bilang." begitu kira-kira ucapan gue. Beda dari biasanya, kali ini gue gak nangis kejer, cuma sedikit netesin air mata pas inget reaksi abang gue saat tahu gue gak lulus.
Oh Allah The Almighty, hamba-Mu ini baru sadar telah banyak mengecewakan orang banyak. Mama yang setiap malam mendoakan, Bapak yang selalu mau mengantar ke lokasi ujian, Mbak Afi dokter gigi yang selalu mau bayarin uang tes, Mas Sunu yang selalu yakin bahwa adiknya bisa.
Tapi gue tetep gak mau nyerah, masih ada UMB dan SNMPTN. Kali itu persiapan betul-betul gw matangkan. Problem Set gue kerjain, konsultasi matematika, konsultasi biologi, dan masih banyak lagi. Yang paling gue ingat dari pengorbanan itu adalah jatuh dari motor di Galur pas pulang konsultasi Bahasa Inggris di NF Kenari. Sehari sebelun UMB, gue betul-betul baca ulang Problem Set yang udah gue kerjakan. Esok haruinya, dengan penuh keyakinan gue buka soal UMB. Jeng jeeeeeet.... yang bisa gue kerjakan dengan yakin hanya Biologi.
Tapi tetap yakin, karena ritual doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kali ini gue intensifkan, gak lupa untuk melakukan persiapan ketika menghadapi kemungkinan terburuk : belajar untuk SNMPTN. Sambil menunggu hasil UMB, gue semakin serius dan total belajar. Try out demi try out gue kerjakan dengan persiapan yang semakin tajam. Nilai-nilai pun semakin meningkat, pada akhirnya gw bisa lolos walaupun di pilihan kedua.
Oh iya, hampir lupa gue ceritain bahwa setiap tes yang gue ikutin, gue selalu memuat pilihan jurusan yang sama, Pendidikan Dokter dan Teknik Kimia. Kata salah seorang teman mungkin pilihan jurusan gue ketinggian, tapi gue gak peduli sebab cita-cita gue ya hanya satu, jadi dokter.
Pengumuman UMB datang, lagi-lagi gue gagal lagi. Mendadak gue merasa doa yang gue lakukan sia-sia belaka. Mendadak gue merasa pengen marah sama Allah. Mendadak keinginan bunuh diri semakin mencuat-cuat. Kesedihan yang bercampur dengan rasa capek benar-benar mencapai titik klimaks. Belum lagi ketika sadar, satu demi satu sahabat gue udah dapat PTN, ketika sadar bahwa gue lah insan yang tersisa itu.
Selepas SNMPTN pun hati gue berbalik pasrah. Setelah solat taubat dan memohon ampun, gue berharap Allah berbaik hati sama gue. Sekuat tenaga gue bangun dinding optimis di dalam diri gue seperti...
bikin status facebook (menjelang snmptn)
setelah snmptn hari pertama
menjelang hari kedua (pas lagi belajar fisika)
eh ternyata banyak banget yang komen dan like, bahkan sampai seminggu setelah status ditulis -..-
ternyata yang ngelike mereka, rekan-rekan seperjuangan..
dan alhamdulillah fisika gue lanciiiiiir :)
Kemudian, dalam rangka memompa semangat, gue juga nulis-nulis notes iseng. Notes yang gue bikin maghrib-maghrib pas mau mandi, terus habis isya gue upload.
setelah baca komennya Alfi, gue langsung mendadak mikir, "Jangan-jangan gue beneran kurang sedekah?"
Oiya, ada nih kumpulan kata-kata yang sangat menginspirasi gue,
Pertama, dari Mas Andri. Sepupu gue yang juga seorang dokter lulusan UGM yang lagi ngambil spesialis anestesi.
Kedua, dari Zulfikar. Seorang mahasiswa (baru) Sosiologi UI
Ketiga, wall dari drg. Siwi kakakku yang sangat bau :p
Sebetulnya masih banyak lagi, tapi gue capek ngecrop-nya hehe.
Akhirnya gue betul-betul sadar mengapa selama ini doa gue tidak bersambut. Doa gue terlalu memaksa dan kadang tidak realistis. Padahal sudah diajarkan bagaimana seharusnya adab-adab berdoa. Ya Allah, hamba sungguh menye
Yang jelas, rasa terimakasih gue sanjungkan untuk semua sahabat-sahabat gue di NF dan di SRI. Kalian betul-betul membantu gue sampai detik ini, setidaknya untuk sedikit bertahan sebelum tanggal 17 Juli 2010 nanti. Tak lupa ucapan maaf yang sebesar-besarnya untuk Mama, Bapak, Mbak Afi, Mas Iwan, Mas Sunu, Uni Linda dan semua keluarga Jogja karena Tia belum bisa memberi yang terbaik. Maaf :(
huaaaaaaaaaaaaaa bagus bangeeeet tayeee
BalasHapusyou go girl!!! :)
iya fatims, semangke ya
BalasHapusah,.. taye!!!!
BalasHapusaghhhh,....
huaaaa
no more words for u, my friend!!!!
heheh
kalo gak lolos dimana mana si nyante aja kayak gue, akhirnya Allah kasih yang terbaik
BalasHapusSekarang menuju dokter ini yang merupakan jalan terberat
-Cheers-
wah thanks ya.. bener tuh.. perjuangan menuju dokter lah yang lebih berat..
BalasHapus