Sore itu aku masih berada di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Masih berdiri sambil melamun di atas Mayasari Bhakti 51 Tanjung Priok-Pulo Gadung yang sarat manusia. Melamun kali ini bagiku bukan diam tanpa makna, melainkan merenung. Aku merenungkan hal-hal yang baru saja ku dapat hari ini. Sebuah pelajaran yang sangat berarti tentang arti kata seorang guru.
Aku bersyukur karena aku telah ditakdirkan untuk terdampar di Teluk Jakarta ini. Sebuah sekolah yang awalnya (mungkin) tidak ku harapkan. Aku bersyukur karena di sini aku mendapat banyak pelajaran, pelajaran --tentu saja selain fisika, kimia, biologi, dan matematika-- yang mungkin takkan ku peroleh jika bukan di sini, di gedung hijau ini.
Pabrik Kawasaki Pulo Gadung tinggal beberapa meter lagi, aku membenahi ranselku dan bergegas merapat ke pintu Bus. Setelah turun dari bus tasi, aku masih harus menyambung angkutan lain. Aku masuk, duduk, terdiam, dan kembali dalam lamunanku.
Guru. Banyak orang mendefinisikan arti kata guru, tapi aku punya definisi tersendiri.
Guru bukan hanya seorang yang selalu datang pagi dan berdiri di depan kelas. Bukan hanya seorang galak yang selalu memberi tugas. Bukan hanya si jenius yang mengajarkan rumus-rumus fisika. Ataupun orang yang membuat nilai matematika ku 8 dan 9. Bagiku guru tidak sesempit itu. Bagiku, guru punya makna yang tak terbatas dan guru pantas memiliki arti kata tertinggi dalam hidup.
Waktu menunjukkan pukul 17.39 tak lama lagi Adzan Maghrib berkumandang, menandakan waktunya ifthar hari ini. Aku tak bisa bersabar untuk segera duduk di meja makan dan menyantap bakwan jagung buatan Mama. Hmmm... tapi mobil merah ini tidak bisa berkompromi dengan perutku, mau tidak mau aku harus bersabar sedikit.
Bagiku guru adalah orang yang mengajarkan tentang kehidupan. Membuka mata kita agar kita sadar. Menyentuh hati kita agar kita bersyukur. Menenangkan jiwa saat kecewa dan gundah. Memadamkan bara kemarahan dengan air kebijaksanaan. Mengajarkan kita untuk selalu memaafkan. Dan dialah yang mengajarkan kita untuk ikhlas dalam menerima sesuatu.
Guru adalah manusia tertulus. Manusia terikhlas.
Dia tulus mengajarkan apa saja yang dia punya. Dia terus berusaha membuat muridnya sadar dan mengerti.
Dia sabar menghadapi keluhan. Tenang menghadapi cobaan.
Guru adalah cermin keabadian cinta.
Guru akan tetap jadi guru saat muridnya menjadi dokter.
Guru akan tetap jadi guru saat muridnya menjadi presiden.
Guru akan tetap jadi guru saat muridnya menjadi arsitek.
Dia ikhlas. Ikhlas menerima semua itu.
Itulah yang membuatku kagum pada guru. Guru dalam kehidupanku yang sebelumnya penat ini.
Dialah yang merubah hidupku kemudian terasa lebih berarti. Dia yang membuka lebar mataku.
Melapangkan ruang hatiku yang sempit.
Menyulut api semangat dalam ragaku.
Inilah butiran hangat, yang terjatuh di atas keyboardku 30 menit setelah adzan isya berkumandang. Semua ini kuberikan hanya untukmu.
Terimakasih atas semuanya.
dedicated to AN,TK, DL, and SA
you're the best i have ever had
teacher's poemnya keren.. tapi rada sedikit nyinggung nih.. berhubung sehubungan ngambil jurusan pendidikan jadi bakal jadi guru, dan guru memang hanya akan menjadi guru engga lebih,
BalasHapushidup guru!!
tanpa mengurangi rasa hormat kepada para guru. tapi menurutku justru disitulah hebatnya guru, orang-orang yang sekarang jadi dokter, jadi presiden atau jadi tokoh apapun gak akan pernah ada tanpa kehadiran seorang guru.
BalasHapushidup guru!!