Selasa, 15 Januari 2013

Berbenah

Mungkin judul postingan kali ini tidak sesuai dengan kontennya, tapi tak mengapalah, berhubung postingan kali ini kubuat dalam masa perbenahan diri. Yah, menghitung mundur, tak kurang dari dua hari lagi aku, dan tentu saja rekan sekelas yang lain akan menghadapi ujian sistem Kedokteran Tropis. Baiklah, kita katakan saja sistem kali ini merupakan sistem kedua tersulit setelah DDT (Dasar Diagnostik dan Terapi). Mengapa kukatakan demikian? Mari kita simak ocehan berikut....

Aku benci CSL!! 
Itulah satu bait kalimat yang entah mengapa setahun terakhir selalu menggelayuti pikiranku. CSL adalah kependekan dari Clinical Skill Laboratory, di sana kami biasa belajar bagaimana melakukan anamnesis (tanya jawab antara dokter dan pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain seperti pengambilan darah, membaca hasil EKG, mewarnai bakteri, menemukan jamur di kulit, dan masih banyak pemeriksaan lain nan memusingkan. Hey, pasti kalian bertanya mengapa aku begitu membenci kegiatan ini, padahal kan seorang dokter dituntut untuk mahir dalam hal ini. Well, aku memang bukan tipe orang yang terampil, boleh dikatakan aku hanya menyukai segala sesuatu yang berbau teori. Terang saja setelah sekian kali melakukan ujian CSL ini, memang boleh dibilang aku sangat lemah. Sangat sangat lemah.

Itu sekilas saja dari kuliah ku belakangan ini. Hanya sepintas dari apa yang kusimpan di dalam lubuk hati. Ketahuilah, bahwa CSL itu begitu mengerikan bagi seorang aku.

Izinkan aku sedikit bernapas, karena aku ingin kembali memperbaiki diriku, kembali seperti dulu.  Setelah sekian lama ada hal yang selalu membuat hati ini galau dengan alasan-alasan yang tidak begitu jelas, akhirnya aku memutuskan untuk menghapus alasan-alasan tersebut.

Aku kembali pasrah bahwa segalanya telah diatur oleh Allah. Usahlan risau dengan hal-hal yang telah menjadi ketentuan Allah. Karena, serisau dan segalau apapun kita dengan hal tersebut, toh Allah telah menentukan mana yang memang Dia takdirkan untuk kita dan mana yang bukan. Jadi, sekarang aku berusaha ikhlas untuk menerbangkan kembali perasaan tersebut, perasaan yang selama ini kukekang dalam hati.

Bukan berarti aku menyesal dengan segala yang telah terjadi. Untuk apa menyesal? Semua sudah berlalu, jadikan sajalah sebagai pelajaran. Hati yang telah terlanjur tertoreh sebuah nama, biarlah dia kembali pulih dengan sendirinya, tidak perlu kita paksa dengan mengukirkan nama lain, atau berusaha menghapusnya. Biarlah debu yang menutup rekahan-rekahan itu. Allah knows what's best for me, for us.

Yang aku tahu cukuplah memperbaiki akhlak, memperbaiki diri. Aku percaya saat kita berusaha memperbaiki diri, saat itu pula jodoh kita pun sedang membenahi dirinya. 

Tidak usah risau dengan apa yang telah menjadi ketetapannya.

1 komentar: