Minggu, 17 November 2013

Time Changes Everything : Sepenggal Kisah dari Ujung Pandang

Soekarno-Hatta, 12 Juni 2013

Inilah hari yang kami tunggu-tunggu. Setelah sekian pekan kita berlatih di kampus, kehujanan, bertengkar, menangis, terjatuh, kemudian bangkit lagi, akhirnya dengan segenap tekad dalam genggaman, kita sampai jua di ruang tunggu terminal 2 bandara internasional ini. Segumpal ragu tentu saja masih mengalir bersama dengan derasnya curah jantung. Kamu tahu, mungkin suatu saat gumpalan ini bisa menyumbat pembuluh darah kita, vena, arteri, bahkan kapiler kita hingga kemudian kita berhenti. Namun, apalah artinya gumpalan kecil itu dengan sebuah keterlanjuran. Yah, kita bertiga sudah terlanjur sampai ke titik ini. Sudah kepalang nyemplung, yowis tenggelam sisan!

Baiklah kita memang bertiga, Fani, Bang Tohari, dan ya Aku sendiri, yang saat ini tengah termenung, melihat kanan-kiri, tanpa ada yang melintas di pikiran sedikitpun selain takut. Ya, aku memang sangat takut!! Bagaimana tidak jika ini adalah kali pertama aku mengikuti sebuah kompetisi. Di mana seorang aku akan bertarung dengan mahasiswa dari kampus lain. Aku takut, sungguh takut mempermalukan almamater ini. Allah, bisakah skip saja langsung tanggal 17 Juni?


Makassar, 12 Juni 2013

Hello bumi Hasanuddin, ingatkah engkau akan ku? Ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di tanah Sulawesi Selatan. Pelan aku melambai pada plang besar bertuliskan "Bandara Internasional Sultan Hasanuddin". Dua jam perjalanan ternyata memang terasa singkat bagi aku yang merasa ketakutan. Ya Allah, berikanlah sedikit saja ketenangan.

Singkat cerita kami bertiga mendapat tumpangan di rumah saudara sepupu Fani. Alhamdulillah, rumah yang cukup nyaman di tengah panasnya udara Makassar di malam hari. Kami bertiga menginap di dua kamar yang terpisah. Nyamannya lagi, kamar kami dekat dengan balkon. Aku sangat suka balkon! Karena dari balkon aku bisa melihat semuanya, termasuk langit dan jalanan. Jalan Perintis Kemerdekaan, kampus Unhas.

Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri melalui tidur. Tidur bagiku adalah cara terampuh lari dari masalah, meski hanya sebentar, sebab ketika terbangun justru masalahku justru semakin dekat. 

Benar saja karena ketika bangun Subuh, jantungku berdebar tak karuan. Ternyata bukan hanya aku yang merasakannya. Fani pun begitu. Namun, kami enggan bercerita pada Abang kami yang satu itu, karena kami tahu, beliau pasti akan memarahi kami. Memang maksud marahnya itu baik, supaya kami kembali semangat. Tapi di saat seperti ini, sungguh tidak ada yang bisa memotivasi kami sedikitpun.

Makassar, 13 Juni 2013

Selesai melahap satu porsi Coto Makassar depan gerbang utama Unhas, dengan segera kami menuju Aula Fakultas Ilmu Budaya, tempat di mana acara hari itu akan diadakan. Beruntunglah hari itu hanya sedikit seminar dan pameran mekanisme Debat. Oh ya, hampir saja lupa. Tujuan kami di Makassar ini adalah mengikuti kejuaraan debat bertajuk 3rd Hasanuddin British Parliamentary Debate Championship. 

Perlu digaris bawahi bahwa debat ini berbahasa inggris dan aku sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Berbeda dengan Bang Toh--begitu biasa kami memanggilnya--yang pernah menghabiskan setidaknya satu tahun untuk sekolah di California. Sedangkan Fani, dia datang untuk menjadi Adjudicator (tim penilai) dan tidak secara langsung berbicara di depan publik. Mungkin hanya di depan dewan juri saja.

Aku tidak bisa menyembunyikan wajah takutku dan itu tentu saja sangat membuat Bang Toh jengkel. Lantas aku harus bagaimana? Menangis tidak mungkin, kalau mau marah harus kepada siapa? Aku hanya bisa terdiam. Ah, betul-betul mendung perasaanku saat ini. Semendung langit Makassar yang sedikit lagi menangis.

Makassar, 14 Juni 2013

Kesiangan!! Setelah menghabiskan malam untuk berlatih speech dan aku tak pernah bisa menyentuh angka 7 menit. Aku tergopoh-gopoh lari ke kamar mandi untuk berwudhu. Meskipun ini adalah kali kedua aku bertandang ke Makassar, yang notabene zona waktunya berbeda, jam biologis ku belum bisa beradaptasi dengan WITA.

Yap. hari ini adalah hari pre-Eliminary round, babak eliminasi. Dari 52 team debaters, kami akan diadu. Akan ada lima pertarungan pada babak ini sebelum akhirnya memasuki babak perempat final dan semifinal. Setiap babak akan ada empat team dengan motion yang diberikan 15 menit sebelum perlombaan. Bayangkan, kita harus berpikir cepat, 15 menit, kemudian harus mempertahankan argumen kita. Lebih parahnya lagi, motion yang diangkat bukan tentang kedokteran, mungkin ekonomi, international, bisa juga politik. Ya Allah, semoga aku tidak tampil mengecewakan.

Untuk masuk ke babak semifinal, setiap tim akan diperhitungkan perolehan VP (Victory Point) dan Speaker point nya dari 5 ronde yang telah dilalui. Dan alhamdulillah hari ini telah berlalu dengan baik. Perkara berapa VP kami, bagiku itu tak seberapa penting, walaupun mungkin menurut Bang Toh itu penting sekali, bagiku persoalan "kapan kita pulang ke Jakarta" itu lebih dari kata penting. Aku tak sanggup lagi menahan debaran jantung yang setiap hari kian cepat seiring dengan berlalunya tiap ronde. Caution! I will explode soon!

Sebelum ledakan tersebut terjadi, panitia mengumumkan bahwa kami masuk ke perempat final! Baiklah. Aku harus cari baygon! -_-

Makassar, 15 Juni 2013

Semalam kami memutuskan untuk jalan-jalan menikmati kota Makassar. 

Mie Titi Jalan Perintis, Makassar

Palu Bassa Jalan Gagak, Makassar

Pantai Losari


Dan tibalah kami pada pagi perempat final yang menurutku sangat berat ini. Tapi, sepertinya tidak ada yang bisa kulakukan selain pasrah dan kembali bertarung.

Singkat cerita, setelah melewati beberapa pertarungan hari itu. Ternyata hasilnya, kami berhasil masuk ke semifinal! Lututku seperti tak bersendi... Lemas. Ternyata masih harus bertarung kembali esok harinya.

Makassar, 16 Juni 2013

Untunglah kami sudah memundurkan jadwal kepulangan kami untuk sore ini. Ternyata kami berhasil maju ke babak Grand Final. Sungguh pengalaman yang menurutku sangat aneh. Yaa, bagaimana tidak aneh, karena ini adalah my very first time.

Closing Government

Tentu saja hanya kami yang bangga beralmamater :D

This is me, Speaking to all audiences

Tentu saja tidak ada yang lebih mendebarkan dari momen-momen yang tertangkap kamera tersebut. Rasa takut salah ngomong dan lain sebagainya, termasuk takut mempermalukan almamater hijau ini. Ya Allah...

Finally, we are the champion!! :D

with dr. Bayu Dento, S.E our lovely lecturer


Meski hadiahnya tak seberapa, bukankah semua hal tetap harus disyukuri? Allah tidak pernah salah memberi amanah dan memberikan berkah-Nya pada siapapun. Here, LT-5 Fakultas Kedokteran FK Unhas, kita bertemu lagi, di kesempatan yang berbeda. Dulu, aku berada di sini untuk mendengarkan banyak orang berbicara. Tapi sekarang aku berada di sini untuk berbicara, di depan banyak mahasiswa dari berbagai belahan pulau. 

Waktu begitu cepat berlalu dan mengubah segalanya. Inilah sepenggal kisahku dari sebuah kota yang konon bernama Ujung Pandang. Inilah seorang gadis jawa yang terdampar di Sulawesi. Semoga kita bisa bersua lagi di lain kesempatan :)

See You Sultan Hasanuddin International Airport ^^





4 komentar:

  1. loh, mba berarti mahir dong ah bahasa inggrisnya? itu kan menang :D

    BalasHapus
  2. Aku merasanya ndak mahir malah, Mbak Syifa ._.
    Karena yang banyak berperan dalam lomba itu bukan Aku, partnerku yang banyak mengajarkan :D

    BalasHapus
  3. ahaha tiaaaa, keren bangeeeet :D
    perjuangannya keren, tulisannya keren, ikut deg-degan bacanyaaa. stay calm and gaul ya B-)

    BalasHapus
  4. Hyaaaa kak Hali kuuuu ._.
    Menceritakan kembali pun rasanya ikut deg-degan lagiii.. hihi iya kak stay calm insya Allah B)

    BalasHapus