Kejadian-kejadian mengerikan yang beberapa hari ini menimpaku akhirnya membuatku mulai sadar dan berpikir. Ini bukanlah ujian, pasti bukan. Ini adalah teguran yang luar biasa besar dari Tuhanku, agar aku kembali ke jalan yang sejati kebenarannya. Ampun dan Istighfar ku sujudkan berulang-ulang kepada Zat Yang Maha Segala, sesungguhnya selama ini aku adalah hamba yang fasik. Mengetahui tapi mengabaikan atau mengetahui tapi melanggar.
Setelah kuteliti dan kurunut apa saja dosa-dosa besar yang selama ini telah kuberbuat. Astagfirullahal'adhiim.. Banyak sekali dan kebanyakan sangat menjijikkan, kuulang sekali lagi, sangat menjijikkan. Maka, sekiranya memang pantas teguran ini akhirnya sampai di depan mataku dan menyadarkan bahwasanya dosa ini sangat besar. Namun, diri ini yakin masih ada jalan untuk kembali.
Mengapa menjijikkan? Sungguh, tidak ada sedikitpun niat untuk menyombongkan diri, karena memang satu-satunya manusia yang ma'shum, terjaga dari dosa, hanya Muhammad Salallahu 'Alayhi Wasallam. Selama ini aku menyeru, menasihati, mengajarkan, tapi aku sendiri tidak menjalankan. Aku sendiri masih berbuat dosa yang jauh lebih menyedihkan dari orang lain.
Padahal telah jauh sekali Allah mengatakan,
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
It means, kita sangat dilarang menjadi orang yang munafik. But it doesn't mean, kita harus menjadi sempurna untuk mengajarkan sesuatu. Proses belajar dan mengajar itu terjadi berbarengan, mereka bukanlah suatu proses yang susul menyusul. Sambil mengajar kita bisa belajar, dan sambil belajar kita bisa mengajarkannya pula pada orang lain. Bukankah suatu ilmu yang diamalkan akan jauh lebih melekat di ingatan dibandingkan ilmu yang hanya dicatat dalam lembaran-lembaran kertas?
Lembaran kertas mungkin suatu saat lapuk. Ingatan pun mungkin suatu saat akan termakan usia. Tetapi tangan dan kaki tidak akan pernah menghilangkannya. Tiap sel tubuh, sama dengan otak, menyimpan memori masing-masing. Namun, lain halnya dengan otak, ingatan seluler ini sangat sulit, bahkan hampir mustahil hilang, sekalipun organ-organ tubuh kita ini berpindah tangan.
Allah hanya ingin aku kembali. Itulah pesan yang kutangkap dari pertaubatan kali ini.
Mungkin selama ini aku selalu merasa jalan yang kutempuh adalah benar, kemudian aku terbawa suasana dengan juga merasa telah bersikap benar dalam kemunafikan. Ah, mengerikan.
Kini aku bertekad untuk kembali, tajdidun niyat, memperbaiki niat. Meluruskan segala yang bengkok. Membuang segala yang hina. Aku kembali Ya, Rabb.. Padamu..
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat dan mencintai orang yang bersuci.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar