Rabu, 27 Juli 2011

Silent Killer #1

Banyak sekali orang yang meremehkan gigitan serangga sekelas nyamuk. Sebenarnya, kalau mau dibahasakan sesuai dengan teori ilmiah, mulut nyamuk bukanlah tipe pengigit, melainkan mulut penusuk. Jadi lebih tepat bukan gigitan nyamuk, tapi tusukan nyamuk. Secara umum, kita tentu sudah tau, nyamuk memenuhi kebutuhan makanannya dengan menghisap darah. Inilah sejatinya, menurutku, yang sering disebut orang sebagai "vampir".

nyamuk dilarang masuk

Padahal faktanya tusukan nyamuk ke dalam tubuh kita bisa jadi diboncengi oleh parasit-parasit penyebab berbagai macam penyakit. Tidak percaya? Sebut saja DBD alias Demam Berdarah Dengue atau bahasa kerennya DHF (Dengue Hemorhaegic Fever), yang disebabkan oleh virus Dengue yang menumpang di tubuh nyamuk. Selain itu ada pula Malaria, penyakit endemik negara tropis seperti Indonesia, yang disebabkan oleh sporozoa sejenis Plasmodium sp. yang bukan lagi menumpang, melaikan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina. Masih kurang? Bolehlah aku sebutkan filariasis. Infeksi cacing yang menyebabkan kecacatan jika tidak segera diobati, sebab cacing jenis Wuchereria bancrofti (bacanya Wukereria bankrofti, ya teman-teman) terus berkembang biak di dalam jaringan darah atau limfe manusia.

So, sedikit bukti yang kupaparkan secara singkat di atas, sudah cukupkah menunjukkan bahwa nyamuk memang makhluk kecil yang diam-diam menjadi vektor (pembawa) berbagai penyakit yang cukup berbahaya? Semoga belum. Sebab setelah paragraf ini, akan kupaparkan analisis lebih lanjut mengapa nyamuk, layak masuk ke dalam kategori silent killer.

Dalam ilmu parasitologi, setidaknya dikenal salah-dua jenis nyamuk, yakini anophelini (jenis anopheles) dan culicin (jenis culex). Nyamuk anophelini sendiri di Indonesia ada sekitar 80 jenis, dan 20% darinya terbukti merupakan vektor malaria. Fantastis bukan?

Aktivitas nyamuk anophelini sangat dipengaruhi kelembaban udara dan suhu, selain itu jenis nyamuk ini biasanya aktif dari senja hari sampai malam. Anophelini menularkan penyakit malaria melalui liurnya yang mengandung stadium sporozoit plasmodium. Perlu dipahami bahwa malaria terdiri dari jenis yang beraneka ragam, ada malaria kuartana, tertiana, ovale, dan tetiana maligna. Bahkan ada satu jenis malaria berat yang bisa mengganggu susunan saraf pusat.

Lalu bagaimana dong caranya supaya kita bisa berkilah dari tusukan anophelini? Seorang guru biologi di NF pernah berkata, nyamuk anopheles betina penyebab vektor malaria itu, ketika sedang menggigit, posisi tubuhnya (maaf) nungging. Begitu!

Nyamuk Anopheles

Beralih dari nyamuk anophelini ke nyamuk culicini. Salah satu yang kita kenal adalah nyamuk dari jenis Culex sp. yang juga merupakan vektor penyakit kaki gajah alias filariasis. Jujur saja, selama belajar biologi ketika SMP dan SMA dulu aku terkecoh dengan nyamuk culex sp. Selama ini aku tidak tahu bahwasanya salah satu contoh nyamuk Culex sp itu adalah nyamuk yang mungkin sekarang dengan menempeli badanmu! Yap, dialah nyamuk rumahan. Sial, kenapa guru SMA dulu tidak pernah cerita ya? Cukup merasa bodoh juga ketika seorang dosen berkata demikian.

Nama lengkapnya, Culex quinquefasciatus (bacanya Kuleks ya teman-teman, bukan culeks). Dia adalah vektor utama penyakit filariasis jika di perkotaan. Namun di pedesaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Anophelini dan Aedes. Cukup fleksibel bukan, parasit yang satu ini?

Akan sedikit kujabarkan bagaimana mekanisme penularan filariasis, semoga tidak bingung!

Cacing dewasa penyebab filariasis umumnya tinggal di dalam darah, seperti makhluk dewasa pada umumnya, mereka mempunya sense of reproducting alias memperbanyak keturunan. Anak dari cacing filaria ini kemudian biasa disebut sebagai mikrofilaria yang berkeliaran bebas di dalam darah (biasanya aktif di malam hari, tepat dengan waktu aktifnya nyamuk mencari makan). Nyamuk Culicini kemudian tidak sengaja menghisap darah penderita filariasis ini, dan akhirnya mikrofilaria terhisap ke dalam tubuhnya. Di sinilah akhirnya terjadi mekanisme perkembangbiakan dalam tubuh vektor secara sikliko-propagatif (perbanyakan diri) dan sikliko-developmental (perubahan menjadi bentuk infektif). Mikrofilaria akan memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan merubah dirinya menjadi bentuk "larva stadium III" yang jika disuntikkan oleh nyamuk ke dalam tubuh seseorang, seseorang tersebut besar kemungkinan akan tertular filariasis.

Cukup mengerikan bukan? Mengingat betapa mudahnya ternyata mekanisme penularan filariasis. Oleh karena itu, jika ada di lingkungan kamu yang tengah menderita filariasis, sedapat mungkin di isolasi. Mengapa? Tentu teman-teman sudah mengerti, seseorang yang sudah mengalami swelling (pembengkakan) akibat infeksi filaria, cacing tersebut otomatis terus menghasilkan mikrofilaria yang banyak. Sedangkan radius terbang nyamuk maksimal hanya mencapai 3 km saja. Bukan tidak mungkin nyamuk yang sama akan menggigit orang yang terinfeksi juga menggigitmu.

Kemudian, mari kita beralih ke penyakit DBD. Penyakit jenis ini juga mungkin sudah cukup kita kenal ya? Vektor penyakit ini umumnya nyamuk dari jenis Aedes aegyptii alias nyamuk kebon. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk Culex. Aedes sangat menyenangi bertelur di atas genangan air. Oleh karena itu, kita harus membersihkan lingkungan kita dari air yang menggenang di mana-mana, terutama air bersih. Untuk tumbuh menjadi nyamuk dewasa jabang telur hanya membutuhkan waktu sekitar sembilan hari.

Meskipun disebabkan oleh virus, penyakit DBD tidak dapat dicegah dengan vaksin, karena memang belum ditemukan. Maka dari itu, yang dapat kita lakukan satu-satunya adalah mekanisme preventif atau pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pengendalian vektor.

fogging prosesnya, fogger alatnya

Untuk serangga aktif seperti Aedes aegyptii, pengendalian vektor yang bisa dilakukan adalah pengasapan atau fogging dengan beberapa jenis insektisida seperti jenis organofosfat, karbamat, atau piretroid sintetik. Sementara untuk pengendalian jentiknya, bisa dilakukan dengan memelihara ikan di kolam, agar jentik-jentik aedes dapat termakan oleh ikan, dan dengan pemberian larvasida atau yang kita kenal dengan bubuk abate.

bubuk abate

Hanya tiga jenis penyakit yang bisa kupaparkan dalam postingan kali ini. Selain karena ilmunya belum sampai, sepertinya tiga penyakit saja sudah terlalu panjang dan njlimet. Semoga pemaparan tiga penyakit berbahaya yang disebabkan oleh The Silent Killer part 1 ini bisa membuat kita semua melek dan mulai berhati-hati, ternyata ada loh makhluk seperti nyamuk. Selain menyebalkan karena membuat gatal, ternyata dia juga culas dengan menyebar berbagai penyakit.

Semoga tidak bosan dengan pemaparannya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar