Kamis, 07 Maret 2013

Perkara Jodoh

Bicara perkara jodoh—perkara yang akhir-akhir ini dibahas oleh Ibu—adalah perkara yang menurutku cukup rumit, namun menarik. Bagaimana tidak, beberapa minggu yang lalu kakak kedua sempat berbincang serius dengan Ibu, kira-kira isinya,

“Bu, setiap malam  tolong do’ain Tia yah, biar cepat ketemu jodohnya. Kalau bisa setelah wisuda S.Ked dia disuruh nikah aja kalau ada calonnya.”

Waduh, gimana nggak pusing dibuatnya? Hari gini, kuliah pun masih tingkat dua, udah diomongin masalah jodoh. Itu kan masih lama.

Menikah bukan perkara mudah, toh?  Ketika kita menikahi calon pasangan kita, itu bukan berarti kita hanya menikahi dia seorang, pada saat itu, kita pun “menikahi” keluarganya, “menikahi” kekurangannya, “menikahi” kelebihannya, “menikahi” orang tuanya, “menikahi” kakak dan adiknya, pun “menikahi” keponakan-keponakan kecilnya.

Tidak hanya itu. Menikah bukan hanya berarti hidup dalam mahligai rumah tangga yang indah, kemudian menimang buah hati. Kita pun harus hidup dalam gelimang tawa, tangis, perih, dan segala kesedihan lain.

Menikah itu tidak mudah, tidak pula sulit. Hanya perlu pemahaman dan kesiapan mental yang baik untuk menyikapinya. Itulah yang menurutku pribadi, aku sendiri belum memilikinya. Tapi bagaimana kalau memang deadline S.Ked memang sudah harus menikah? Sampai sejauh ini saja belum ada calon yang benar-benar tepat. Yaaah…

Memang bicara soal menyoal jodoh tidak akan pernah ada habisya. Apalagi kalau teringat pesan serius Ibu,

“Tia, ibu nggak tega kalau ngelihat kamu nanti hidup sama suami yang temperamental, cepat marah, kamu kan perasa, kasihan nanti kamu. Carilah, laki-laki yang sholeh, lembut tutur katanya, dan sayang sama ayah-ibu ini. Kalau bisa sih dokter juga hehe…”

Aduh, Masya Allah, begitu besar ekspektasimu, Bu. Khawatir ananda tidak bisa memenuhinya. Karena aku, ya seorang aku pun, bukan perempuan sebaik dan sesempurna itu. Tapi, Bu. Ibu sungguh tahu apa yang terbaik buat anaknya. Tidak hanya cinta dalam pernikahan, tetapi akhlaq yang baik, karena setiap pasangan menikah, akan menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Maka, masing-masing, berusahalah menjadi yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar