Bicara perkara jodoh—perkara yang
akhir-akhir ini dibahas oleh Ibu—adalah perkara yang menurutku cukup rumit,
namun menarik. Bagaimana tidak, beberapa minggu yang lalu kakak kedua sempat
berbincang serius dengan Ibu, kira-kira isinya,
“Bu, setiap malam tolong do’ain Tia yah, biar cepat ketemu
jodohnya. Kalau bisa setelah wisuda S.Ked dia disuruh nikah aja kalau ada
calonnya.”
Waduh, gimana nggak pusing dibuatnya?
Hari gini, kuliah pun masih tingkat dua, udah diomongin masalah jodoh. Itu kan
masih lama.
Menikah bukan perkara mudah, toh? Ketika kita menikahi calon pasangan kita, itu
bukan berarti kita hanya menikahi dia seorang, pada saat itu, kita pun
“menikahi” keluarganya, “menikahi” kekurangannya, “menikahi” kelebihannya,
“menikahi” orang tuanya, “menikahi” kakak dan adiknya, pun “menikahi”
keponakan-keponakan kecilnya.
Tidak hanya itu. Menikah bukan hanya
berarti hidup dalam mahligai rumah tangga yang indah, kemudian menimang buah
hati. Kita pun harus hidup dalam gelimang tawa, tangis, perih, dan segala
kesedihan lain.
Menikah itu tidak mudah, tidak pula
sulit. Hanya perlu pemahaman dan kesiapan mental yang baik untuk menyikapinya.
Itulah yang menurutku pribadi, aku sendiri belum memilikinya. Tapi bagaimana
kalau memang deadline S.Ked memang sudah harus menikah? Sampai sejauh ini saja
belum ada calon yang benar-benar tepat. Yaaah…
Memang bicara soal menyoal jodoh tidak
akan pernah ada habisya. Apalagi kalau teringat pesan serius Ibu,
“Tia, ibu nggak tega kalau ngelihat kamu
nanti hidup sama suami yang temperamental, cepat marah, kamu kan perasa,
kasihan nanti kamu. Carilah, laki-laki yang sholeh, lembut tutur katanya, dan
sayang sama ayah-ibu ini. Kalau bisa sih dokter juga hehe…”
Aduh, Masya Allah, begitu besar
ekspektasimu, Bu. Khawatir ananda tidak bisa memenuhinya. Karena aku, ya
seorang aku pun, bukan perempuan sebaik dan sesempurna itu. Tapi, Bu. Ibu
sungguh tahu apa yang terbaik buat anaknya. Tidak hanya cinta dalam pernikahan,
tetapi akhlaq yang baik, karena setiap pasangan menikah, akan menjadi teladan
bagi anak-anaknya.
Maka, masing-masing, berusahalah menjadi
yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar